Di PSHT sering mendengar warga PSHT tidak gila hormat, tidak gila kedudukan & orang PSHT tidak mau di bayar.
Tapi kenyataanya dalam ke SH an itu semua di langgar, banyak warga PSHT gila Hormat dengan mendirikan perkumpulan/paguyuban. Ben (biar) di pandang wah “Iki Lo aku (ini lho aku)”, Mbah suro pernah berkata “Ojo Sok Wah Mengko Malah Owah (Jangan sok pamer/perlente nanti malah berubah)” dari kata-kata tersebut terbukti PSHT jadi Owah (berubah), kacau timbul berbagai kubu & bisa menyulut perpecahan-perpecahan.
Warga PSHT ada 3 tingkatan:
Tingkat 1. Jiwa Satrio (Ksatria).
Warga PSHT banyak yg tidak mencerminkan jiwa Satrio. Kalau memang punya jiwa satria semua kekeliruan pasti bisa di selesaikan dengan baik. Menerima keputusan, “kudu legowo atine Ojo gemede (harus ikhlas hatinya jangan merasa tinggi hati)”. “Wong gemedi pengen menange Dewe, duduk jiwo Satrio tapi jiwone Buto (Orang tinggi hati ingin menang sendiri, bukan jiwa ksatria tapi jiwanya raksasa berhati buruk)”.
Tingkat 2 Ngalindro.
Ilmu nya raja. Yang di bekali ilmu Hasta Brata (delapan watak yang diambil dari sifat alam). Yang mensimbolkan menguasai makna simbol alam dan dapat memanfaatkannya, tapi ternyata banyak TK 2 yg tidak dapat memanfaatkan ilmu tersebut, seperti halnya dalam kondisi caruk Maruk PSHT dalam kondisi di ujung tanduk malah mengunakan egois mengunggulkan diri seperti api seolah-olah dirinya yang merasa benar. “Ngeroso bener tapi gak mikir mburine (Merasa benar tapi tidak memikirkan dampaknya)”. “Wong ngeroso bener iku Gung tentu Pener (Orang merasa benar itu belum tentu tepat)”.
Tingkat 3 Jiwo Pandito (Jiwa manusia yang selesai dengan urusan duniawi).
“Jiwo Pandito kudu luweh bijaksana. Pandito panutan ngonoto poro Satrio Karo poro Ngalindro. Pandito kok malah di Toto Karo Satrio, malah di Toto Karo Ngalindro. Ilmu Pandito di ajari asal usul kehidupan dari 3 alam: Alam kandungan, dunia lain alam akhirat. Kalo sudah mempelajari itu kudu iling marang Gusti Allah, napasmu iling Gusti Allah, mlakumu iling Gusti Allah, tindakanmu iling Gusti Allah. Sopo wong iling marang Gusti Allah bertindak dadi becik gak mungkin dadi olo.
(Jiwa pandito harus lebih bijaksana. Pandito panutan untuk menata para ksatria dan para pemimpin. Pandito kok malah di tata oleh ksatria, malah di tata oleh pemimpin. Ilmu Pandito diajari asal usul kehidupan dari 3 alam: Alam kandungan, dunia lain alam akhirat. Kalau sudah mempelajari itu harus ingat sama Tuhan, nafasmu ingat sama Tuhan, jalan mu ingat sama Tuhan, tindakanmu ingat sama Tuhan. Siapa manusia yang ingat sama Tuhan, bertindak jadi baik tidak mungkin jadi jelek)”
Wong Satrio rabakal lali asale
(Manusia Ksatria tidak akan lupa asalnya)
Wong Ngalindro rabakal cubrio
(Manusia pemimpin tidak akan takabur/sombong/angkuh)
Wong Pandito rabakal blenjani janji
(Manusia Pandito tidak akan melanggar/khianati janji)
Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai warga psht TK 1 tentang caruk maruknya dan egoismenya Nalendra? Biarkan saja atau Sejarah Baru menulisnya?