Paradigma Ajaran Setia Hati: Antara Pengakuan dan Kenyataan

Melihat dari kejadian kegaduhan di PSHT belakangan ini, ada suatu nilai yang bisa kita dapatkan. Yaitu nilai dari kualitas sejauh mana para warga-nya menyerap dan meng-implementasikan ilmu yang didapatkan. Terutama keilmuan tentang PERSAUDARAAN dan SETIA HATI.

Mari kita melihat kenyataan yang terjadi sepanjang kegaduhan yang sedang terjadi sampai saat ini. Banyak sekali bukti nyata sejauh mana KUALITAS yang ada. Cukup kita lihat dari sudut pandang secara nyata tanpa perlu banyak membahas teori keilmuan yang selama disampaikan baik itu saat masih menjadi siswa maupun setelah menjadi warga.

• Mengaku ngugemi “SURODIRO JOYONINGRAT, LEBUR DENING PANGASTUTI“, kenyataanya: banyak sekali menyelesaikan masalah dengan kekerasan, bukan hanya dengan orang lain bahkan dengan saudaranya sendiri.

• Mengaku ngugemi “NGELURUG TANPO BOLO“, kenyataanya: bahkan untuk menyelesaikan masalah internal dengan sedulur harus melibatkan banyak warga. Orang yang mestinya bisa menyelesaikan dengan cara pembicaraan malah menggerakan para warga untuk menghadapi.

• Mengaku ngugemi “MIKUL DUWUR, MENDHEM JERU“, kenyataan: permasalahan yang terjadi diinternal organisasi sampai dibawa-bawa ke media social. Ketidak sesuaian paham atau pandangan digunakan untuk menjelek-jelekan dihadapan para warga yang menjadi pengikut, bahkan kepada warga yang baru di sahkan. Ironisnya ini dilakukan oleh warga senior bahkan sudah mencapai trap (tingkat) 2.

• Mengaku ngugemi “OJO GAWE SUSAHE LIYAN, OPO ALANE GAWE BUNGAHE LIYAN” kenyataanya: berbondong membawa pengikutnya untuk ribut dengan saudaranya yang akirnya membuat masyarakat menjadi takut. Lebih ironis lagi terjadi pemaksaan dan saling intimidasi.

• Mengaku ngugemi “ORA ONO KAMULYAN TANPO PASEDULURAN“, kenyataanya: malah memecah belah persaudaraan dengan bermusuhan bahkan saling mengancam. Ironisnya sampai melakukan pemukulan.

• Mengaku ngugemi “SANG PENJAGA AJARAN“, kenyataanya: Ajaran yang mana yang dijaga? Coba lihat yang tertulis diatas, kira” ajaran apa yang dijaga? Ajaran SETIA HATI?!

• Mengaku ngugemi “SEDULURAN TANPO WATES“, kenyataanya: telah membatasi seduluran dengan membuat kelompok sendiri-sendiri.

• Mengaku ngugemi “ILMU SETIA HATI”, kenyataanya: Ada mukadimah yang menjadi pokok ajaran dan sumpah yang pernah di ucap. Namun kenyataanya banyak sekali yang dilanggar. Cukup satu saja contoh: dilarang berkelahi sesama saudara, apakah ini di ugemi..?! Silahkan dipikir dan dirasakan, itu MELANGGAR SUMPAH. pasti semua sudah paham apa itu hukum karma, tapi apakah itu ditakuti? Banyak yang tidak takut. Jika sudah demikian apakah itu yang disebut SETIA HATI?!

Para kadhang warga semua, jika kita menginginkan kita kembali kepada PSHT yang damai, para warga budi luhur, guyub rukun dan saling menjaga. Mari kita kembali kepada MUKADIMAH. kembali menjalankan ILMU SETIA HATI yang benar. Untuk melakukan itu mari mulai dari diri pribadi. Tidak perlu merasa paling benar, tapi pastikan kita melakukan tindakan yang benar.

Semua permasalahan yang terjadi di PSHT, mari kita percayakan kepada para pengurus yang berkopeten. Karena semua permasalahan itu penyelesaianya adalah dengan duduk bersama atau lewat jalur hukum. Kita percayakan kepada beliau semua.

Sebagai warga, anggota organisasi PSHT cukup kita kembangkan ILMU SETIA HATI ini dengan ikatan PERSAUDARAAN dan menjalankanya dalam kehidupan di keluarga, masyarakat dan bernegara. Jangan kita rusak PSHT ini dengan perilaku kita yang tidak ber-SH. Ajarkan dengan benar kepada adik-adik kita para siswa untuk menjadi orang yang ber-BUDI LUHUR dengan memberikan contoh yang BENAR.

“ILMU SETIA HATI ADALAH ILMU AGAR ORANG MENJADI BAIK, SAAT ORANG ITU PRIBADINYA BAIK MAKA DISEKITARNYA JUGA MENJADI BAIK”

Olah rasa oleh Mas Wakiman
Ketua Cabang PSHT Nganjuk

Yuk bagikan!

About Humas PSHT

Humas PSHT kepengurusan 2021 - 2026