Oleh: Djoko Hartono
Seperti yang dijelaskan Fathorrahman Ghufron, Wakil Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama’ (PWNU) Yogyakarta (2022).
Dengan meminjam Metodologi berfikirnya Peter L. Berger dan Thomas Lucknan, para Anggota PSHT harus mampu mentransformasi tujuh pokok ajaran di PSHT yang dilakukan secara ritual seremonial menjadi aksi yang cerdas untuk meraih percepatan menuju kesuksesan hidup yang bermartabat dan beradab.
Ini sejatinya sebagai implementasi ittiba’ kita pada baginda Nabi Muhammad SAW dan pewarisnya.
Seperti Kyai Mas Muhammad Masdan (Eyang Suro Diwiryo) dan Santrinya Bapak Kyai Sami’un atau Samingun atau Mbah Mingun, sebagai sosok manusia yang sempurna dan manusia Setia Hati yang dijadikan panutan (uswatun hasanah) bagi pengikutnya.
Beliau merupakan sosok manusia yang beradab dan terus berinovasi hingga menorehkan tinta Emas dengan sukses membangun peradaban manusia.
Adapun 5 spirit tersebut yakni:
- Semangat perubahan terus menerus (Taghyir).
- Semangat berinovasi (Tajdid).
- Semangat berefleksi (Tadbir) untuk memperbaiki inovasi yang telah dilakukan agar lebih berdampak positif untuk kemanusiaan dan peradaban manusia.
- Semangat menemukan cara terbaik, tercepat (Ta’jil/Smart Shortcut), untuk meningkatkan kinerja yang progresif dan lebih unggul, agar bisa bersaing dengan para inovator lain.
- Semangat mengaktualisasikan sikap keadilan dan etika profetik ketika melakukan : Perubahan, Inovasi, Perbaikan dan Model smart shortcut (ta’jil).
Redaktur : Anaf
Tinggalkan Balasan